Kemajuan AI China mendapat dorongan besar dari PoX, memori flash tercepat di dunia, yang dikembangkan Universitas Fudan. 

Dengan kecepatan menulis data 400 pikodetik menggunakan graphene dan teknologi AI, PoX mampu melakukan 25 miliar operasi per detik, menjadikannya terobosan kunci untuk inovasi semikonduktor. 

Dilaporkan di jurnal Nature, inovasi PoX ini memperkuat posisi China dalam perlombaan global untuk mendominasi teknologi AI dan mendukung inovasi baterai masa depan seperti baterai solid-state. 

PoX adalah memori non-volatile yang menggabungkan kecepatan luar biasa dengan kemampuan menyimpan data tanpa daya, mengatasi kelemahan memori flash tradisional yang lambat. 

Tidak seperti RAM yang kehilangan data saat dimatikan, PoX memungkinkan pemrosesan data super cepat untuk model AI besar, seperti yang digunakan dalam pengenalan wajah atau asisten virtual. 

Tim Fudan, dipimpin Profesor Zhou Peng, memanfaatkan graphene—material karbon super tipis—dan optimasi berbasis AI untuk menciptakan memori yang jutaan kali lebih cepat dari pendahulunya, menjadikannya fondasi ideal untuk AI hardware China. 

Penemuan ini selaras dengan strategi China untuk memimpin AI global. Sejak rencana “Next Generation AI Development Plan” 2017, China telah menggelontorkan miliaran dolar untuk riset AI, membangun ekosistem yang mengintegrasikan universitas seperti Fudan, perusahaan seperti Alibaba dan Baidu, serta startup seperti SenseTime. 

PoX mempercepat pelatihan dan inferensi model AI, mengurangi ketergantungan pada chip asing seperti NVIDIA, yang terhambat oleh kontrol ekspor AS. 

PoX juga mendukung inovasi baterai masa depan, yang krusial untuk AI di perangkat edge seperti ponsel atau kendaraan otonom. Konsumsi daya rendah PoX cocok dengan baterai solid-state, yang menawarkan kepadatan energi lebih tinggi dan keamanan untuk kendaraan listrik, dengan Toyota menargetkan produksi pada 2027-2028. 

Baterai lithium-sulfur, dengan kapasitas empat kali lipat lithium-ion, dan sodium-ion, yang lebih murah dan ramah lingkungan, juga sedang dikembangkan di China untuk mendukung ekosistem teknologi hijau. 

Kombinasi PoX dan baterai canggih ini memungkinkan perangkat AI yang lebih efisien dan tahan lama.

Yang jelas, penemuan ini memiliki dampak signifikan bagi China dan para pengguna smartphone. Keuntungan tersebut diantaranya adalah PoX memungkinkan pelatihan model AI lebih cepat, mendukung aplikasi seperti kendaraan otonom Baidu atau diagnostik medis Alibaba. 

Ini memperkuat klaim China sebagai pemimpin AI, dengan universitas seperti Peking dan Fudan melampaui AS dalam publikasi AI. Lalu PoX bisa membuat ponsel dan laptop buatan China menyala seketika dan hemat daya, menyaingi produk global lainnya. Serta efisiensi PoX dan baterai masa depan mendukung visi China untuk teknologi ramah lingkungan, seperti data center hemat energi. 

Saat ini Fudan sedang menskalakan PoX untuk produksi massal, bekerja dengan foundry China untuk mengintegrasikan teknologi ini ke chip AI dan gadget. 

Sementara itu, China terus memajukan AI melalui inovasi seperti replikasi model OpenAI o1 oleh Fudan dan Shanghai AI Laboratory, menunjukkan kemampuan reverse-engineering dan pengembangan model lokal. 

Dengan 4.300+ perusahaan AI dan investasi besar dalam 5G serta data center, China membangun ekosistem yang sulit disaingi. ***

Leave a Reply